Pittsburgh, 16 Oktober 2024

Baru sadar ternyata terakhir kali post pas tahun 2019. Lima tahun yang lalu.. It’d be 36 times around the sun in cat years. Can you imagine that?

Sejak terakhir kali update, banyak banget pengalaman dan cerita yang nggak gue share disini. Covid-19, life changing moment, gue selesai sekolah master di Los Angeles, pulang ke Indonesia beberapa bulan, dan sekarang akhirnya balik lagi ke AS untuk lanjut sekolah doktor di Pittsburgh. 

Mungkin lain kali kalau ada waktu dan kesempatan bakal gue share disini. 

Anyway. Desember ini gue ulang tahun ke-31. As I get older, I’ve realized that I’ve become more and more vanilla. Actually, even vanilla would be too flavorful to describe me rn. Kayaknya gue sekarang jadi orang paling uninteresting. 

I’m a PhD student researching about international law. I work at the government job I always dream about since I was a little kid. I lied about being an avid reader because I honestly can’t remember the last time I enjoyed reading (or finished) a book. Since I moved to Pittsburgh this January, I ride my bike almost everyday, weather permitting. I’ve stopped going to the gym regularly. When people ask me if I play amy sports, I’d feel bewildered bc I’ve never been very good at any sports. I never know how to play any musical instruments. I no longer sing, or act. And I still don’t know how to dance. I swim, but only know one stroke: breaststroke. I can’t remember the last time I learned something new. Except that one time when Mark taught me to play disc golf in Schenley Park. I wouldn’t stand out in a group of 100 or even 50 people. 

Are we, as humans, becoming less and less interesting as we grow older, or is it just me? Does my ADHD make me less fun of a person, than I used to be? Or should I just keep these thoughts private in my note app? Idk. 

I haven’t slept well the last few days. Last night I could only sleep at 3am, just to got up at 5am to take a huge shit. And I couldn’t got back to sleep until about 7am, thanks to this drowsy allergy pill I took. I’m supposed to be sleeping right now, but the same pill I took an hour ago hasn’t kicked in yet. Or should I take another one? 

Haha there’s too much to think about at times. Intinya, gue ngerasa jauh berbeda dengan Barli lima tahun lalu. Barli yang sekarang sedang sekolah S3 di Amerika, bukan Barli yang dulu selalu excited update di blog ini. My vibe as a person isn’t even close to who I was back in 2016-2018 when I was still working at a lawfirm. I’ve changed. A lot. Not for the better. At least personality wise. 

I really need to see a therapist. 

Pittsburgh, October 16, 2024 at 12.35am. 


Kalau pisau kelamaan nggak dipake dan nggak sering-sering diasah, lama-lama bisa jadi tumpul.

Dan bener kalau orang-orang mengibaratkan otak kita sama pisau.
Kalau nggak sering-sering dipake, lama-lama jadi bego. Hahaha.

Ini yang gue lagi rasakan sekarang. Bukan karena otaknya nggak dipake buat mikir (hello apa kabar kerjaan di kantor yang butuh otak, hati dan kesabaran 24/7), tapi otak yang dipake buat nulis tulisan-tulisan di blog ini. Hahaha.

Setelah lebih dari setahun nggak pernah update tulisan apa-apa, hari ini gue "dipaksa" buat nulis lagi. Bukan buat nulis macem-macem, tapi buat nulis personal statement for my uni application. And I think its crucial for me to gather, not only my mood, but also my ability to write nicely. Caranya ya haha-hihi ngalor ngidul dulu di blog ini he he he.

Oke.
Mari kita mulai dengan kabar super menyenangkan yang baru aja gue terima beberapa hari lalu. Setelah dari bulan September 2019 kemaren mulai aplikasi dan beberapa proses seleksi ini itu, alhamdulillah gue lolos untuk jadi awardee beasiswa LPDP gelombang 2 tahun 2019.



Tapi....
Senengnya nggak bisa seneng banget karna ya uni nya juga belom ada yang nerima gue! Hahahaha. Bukan belom ada yang nerima sih, tapi emang gue nya aja yang belom mulai proses aplikasi kemana-mana lmao.

Beberapa orang temen-temen gue udah pada mulai proses aplikasi dari beberapa minggu, bahkan beberapa bulan yang lalu. But I'm not competing with others. Bangun pagi-pagi trus sepedahan di sepeda statis (yang udah gue beli dari beberapa bulan lalu, tp baru dipake less than 5 times) aja gue belom niat. Lmao.

Cerita tentang sepeda statis di kosan gue ini awalnya karna gue sibuk banget sampe minta ampun di kantor, jadi jarang banget bisa punya waktu dan tenaga buat ngegym. Baru beberapa bulan di unit kerja sekarang, berat badan gue udah naik SAMPE DUA PULUH KILOGRAM! Kacau.

Nggak pernah kebayang kalau (pada titik itu, waktu gue decided buat beli sepedah statis) berat badan gue akan deketin angka 100 kilo. A psychological number kalau kata temen gue. Jadilah akhirnya, dengan lavish nya, gue beli tuh sepeda statis, yang ujung-ujungnya nge-jogrog jadi gantungan baju dan handuk di kamar gue. A-two-million-something gantungan baju. Hahaha.

And for some reasons, berat gue nembus di angka 106 kg, dan gue mikir ini udh nggak bener lagi. Baju-baju yang baru beberapa minggu lalu gue beli juga kenapa jadi nggak muat lagi ya Allah tolong.

There's something with me I need to fight first.

I have to fight with my self first lah intinya dan pokoknya.

Begitu juga dengan proses aplikasi uni. Dari tiga uni yang gue pilih di aplikasi LPDP, USC (pilihan pertama) yang paling deket deadline pendaftarannya - Maret 2020. Sementara by Desember 2019, gue belom ngapa-ngapain. Belom legalisir ijazah, belom ke kampus buat ini itu, belom apa-apa deh. Sementara proses buat verifikasi dokumen melalui LSAC itu butuh 2-6 minggu. Menangis.

Tapi alhamdulillah nya, per hari ini, gue udh kirim dokumen transkrip dan ijazah by post ke LSAC dan sebelumnya udah bayar hampir 300 USD buat ini-itu nya LSAC. Jadi skrg, tinggal niatin buat bikin personal statement yang bener, trus fokus buat finishing my USC application yang beberapa hari lalu udah gue mulai.

-----


Jadi gitudeh intinya.
Ini adalah postingan membangun mood untuk bisa nulis personal statement yang (harapannya sih) bagus. Hopefully within days, gue bisa punya mood dan inspirasi yang bagus buat menghasilkan tulisan yang bagus pula. he he.

Dah ya gitu aja.
Gue nanti bakal bikin juga tulisan pengalaman ikutan seleksi LPDP, mulai dari ngurusin dokumen dan berkas-berkasnya, sampe ujian dan proses seleksi. Dengan catetan, insya Allah. Lmao.


Bye everyone!
Season's greetings to you all!
Orang-orang emang suka bilang kalau mau bikin target,


“Shoot for the moon. Even if you miss, you'll land among the stars.”


Iya.
Gue paham.
Bercita-cita lah setinggi-tinggi nya, kalaupun ntar ngga kesampean, at least lu nggak bakal end up di tempat yang jelek-jelek banget..


Tapi harusnya, orang-orang juga sadar pentingnya ekspektasi ketika elu mulai buat set target setinggi langit itu. Atau kalau ngikutin kata quotenya, setinggi bulan.

Karna ketika elu mulai ngimpi buat ke bulan, dan ternyata nggak kejadian, terus lu juga nggak siap sama yang namanya kegagalan, it'll hurt like a motherfckr. Dan kadang, itu bikin lu males dan enggan buat memulai lagi.


Sama halnya ketika elu sudah berada di suatu tempat yang lu idam-idamkan, and all you've imagined about the place is just beauty and kind, tapi ternyata pas ada disitu, you feel nothing but upset.

Yes, it might've looked perfect from the outside.  But it isn't as good as you've thought. And the only thing you can do is to survive. 

Ya emangsih, pada dasarnya emang manusia itu ditakdirkan untuk survive dari segala hal. Enggak terkecuali ketika mereka harus survive dari keadaan yang nggak ada mirip-miripnya sama yang pernah mereka pikirkan, atau dalam case ini, nggak sesuai sama target mereka.

Dan persistence nya orang tuh emang beda-beda, begitu juga cara tiap orang untuk survive. Kita nggak pernah tau ketika seseorang itu terlihat mundur, nggak taunya mereka emang trying to take a few steps back just to calm their mind. Or even try to run full-speed non stop?


Apapun caranya yang orang-orang lakukan, pasti mereka lakukan ketika mereka udah bisa mengelola ekspektasi mereka. Dari impian setinggi langit, gagal atau nggak sesuai harapan, kecewa, berusaha untuk menerima, dan akhirnya mengelola ekpektasi mereka, lalu come up with something new and different, or crazy. Just to overcome their disappointments.

Tujuannya?
Ya supaya bisa survive..



----



Gue bikin beginian bukan buat orang-orang jadi takut untuk bercita-cita setinggi langit. Atau mneghalang-halangin orang supaya punya mimpi buat sampai ke bulan.

Enggak.

Gue cuman mau supaya orang-orang punya pikiran yang realistis aja atas segala hal. Karena emang lu sebagai manusia punya keterbatasan, dan nggak semua hal bisa lu wujudkan sesuai dengan keinginan lu.

Yang paling waras yang bisa lu lakukan setelah semua usaha dan perjuangan elu itu adalah, coba mikir lagi, atur ulang ekspektasi lu supaya emang bener-bener kayak orang waras, and be ready for all those bumpy roads, the greatest obstacles or even the never expected things. You'll face that all eventually.


Jadi intinya.

Yaudah.
Kelola lah ekspektasi lu sebaik mungkin.
Jangan sampe sakit.
Jangan sampe sebel atas hal-hal yang seharusnya lu bisa atur.

Dah ya.
Bye
Urban Dictionary define Catching Feelings as a moment when you begin to like someone (romantically), and usually happen unexpectedly.

Kalau orang Indonesia, bilangnya Baper..

Iya.
Baper.

Dulu banget jaman-jaman masih muda belia, remaja yang masih suka galau, kayaknya semua orang termasuk gue pasti gampang baper. Apa-apa baper, dikit-dikit baper. Masih pada inget nggak dulu pas jaman-jaman pada main BlackBerry, kalau ada yg tiba-tiba username nya ganti jadi titik doang, atau kalau profile picturenya tiba-tiba berubah jadi item blank, biasanya mereka lagi pada galau. hahaha. (gue juga pernah begini tbh).

Tapi makin bertambah umur, kayaknya makin jarang galau dan baper. Ngeliat temen-temen seumuran yang galau dan diupdate ke social medianya juga nggak sesering dulu (walaupun pasti aja ada).

Tapi, sebenernya galau itu manusiawi. Sedih, bisa bikin kita galau. Cape, bisa bikin kita galau. Bahkan kadang, laper dan belom makan aja bisa banget bikin galau. Pokoknya galautuh manusiawi bangetlah.

Termasuk catching feelings alias baper.

Kalau ngikutin kata urban dictionary, si baper ini adalah perasaan waktu elu tiba-tiba suka sama seseorang, dan kadang ngga jelas juntrungannya. Yaudah aja gitu. Abis suka, udah. Nggak diapa-apain atau ngapa-ngapain. Hahaha.


Dulu banget, gue pernah ngepost di instagram gue, quota populer dari internet, katanya "Catching feelings should be on a thousand ways to die." 

Hahaha. Iya. The feeling's killing, man.

Gue yakin banyak orang yang bisa banget relate sama yang namanya baper trus yaudah aja gitu.
Nyesek. Bikin uring-uringan. Atau setidaknya bikin elu jadi nggak konsen ngapa-ngapain.

Kepikiran mulu..


Tapi cuy, kalau lu udah gede, and all you supposed to think about is how to survive adulthood, gue yakin itu baper baper catching feelings tai kucing itu bakalan sirna dengan sendirinya.

Soalnya kayaknya lebih nyakitin pas elu udah dewasa, and you barely live, "cuman" karna elu jadi orang dewasa. Hahaha.

The bills ain't gonna paid themselves. Apalagi pake acara galau karna baper.

Things at work ain't gonna be easier just because you like someone romantically. Malah bikin tambah ribet.

Pokoknya, it's not gonna help you with everything deh. At all. 


Jadi, yaudah. Buang tuh yang namanya baper, catching feelings, atau apapun namanya itu, yang melibatkan hati di dalamnya.


You have jobs to do, life to live, and adulthood to be survived. And all of that won't be succeed if you put the sense of "baper". And if that 'feeling' ever make you feel unhappy, then you know what to do.

Walk away.





-----




Jadi intinya, yaudah gitu aja.
Jangan baper.
Kerja aja yang bener.
Cari duit yang banyak.
Go catch your dreams, and dont let someone, something or whatever it is to bug you.


Dah ya, yang baca jangan baper. Lmao.

Ciao!

To be frank, working in a law firm is never easy for me. Graduated as a Bachelor of Law in Public International Law, I barely know about Indonesian Law, especially corporation law. But when I passed my advocate bar exam, working in a law firm is definitely the deal.


I remember my first assignment in Manullang & Putranto Law Firm was a research about how government regulations regarding skyscraper permit can affect real estate business. THAT WAS A BIG DEAL FOR ME WHEN I ANSWERED SYARAT SAH PERJANJIAN ON 1320 KUHPerdata WRONG. And when the first one wasn’t finished yet, I was pushed to draft an agreement.. With no guidance at all.


Struggling with law firm and all of its complicated life, dealing with clients and to catch up with all of the new regulations, I learned a lot. 


Yes. Working in a law firm is not easy, and never will be. But in the end, after almost one and a half year, I survived. I even got offered from one of a top tier law firm in Jakarta. Ask me anything about any legal problem, (with hourly rate, no jk) I’d give you my professional advice. That’s how far I am for becoming a lawyer. 


___________


So here I am now. Starting my work in Indonesian Ministry of Foreign Affairs as a Diplomat Candidate soon. One thing I always wanted since I was little. A dream. Come true.


Now I believe that life is a journey. Its not all about the destination but how you can learn the process and enjoy the journey..


My journey will continue, and the battle is still on! Bismillah



Jakarta, 29 Desember 2017

Iya.

Pertanyaan yang terdengar kayak imaginasi.
Tapi serius, lu bakal ngapain kalau suatu hari, keinginan lu dikabulkan oleh Allah?

---------------

Dulu, gue selalu berpikir buat jadi Diplomat itu sesuatu yang bener-bener diluar jangkauan gue. Apalah gue, kuliah nya di private university dengan IPK yang nggak gede-gede banget. Atau kemampuan bahasa inggris gue yang nggak sejago lulusan luar negeri.

Tapi.
Jadi diplomat adalah cita-cita nomer satu gue sejak gue masih bocah dulu. Gue selalu bilang, kalau jadi diplomat itu adalah cita-cita gue yg HQQ. Hahaha.

Alih-alih kuliah di jurusan Hubungan Internasional, gue yang memang dari dulu banget juga udah kepengen kuliah Hukum, akhirnya belajar Hukum Internasional di Trisakti. Lulus 4,5 (empat setengah) tahun kemudian, IPK sedikit diatas rata-rata, dengan cita-cita yang udah berubah: bukan lagi jadi diplomat, soalnya masuknya pasti susah banget, musti tes CPNS, saingan ribuan orang dan belom tentu memenuhi kualifikasi Kemenlu... Yaudah deh, ikhlasih aja.

Sempet kepengen jadi Pilot dan kursus bahasa Jerman mati-matian supaya bisa jadi Au Pair  di Jerman, tapi kayaknya Allah belom ngasih jalan yang sesuai dengan rencana gue saat itu. Dengan cita-cita yang masih ngablu dan belom jelas, gue mikir, I need to start working my ass to live my life. Nggak bisa bengong-bengong aja, apalagi banyak rencana-rencana gue yang nggak jalan karna Qadha Allah belum bilang iya. Jadilah akhirnya gue terjebak dengan dunia law firm, ikutan Pendidikan Advokat, lulus ujian advokat, terus jadi legal practitioner di salah satu law firm di Jakarta sambil nungguin sumpah sebagai advokat.

Setelah hampir satu tahun lamanya gue ujel-ujelan sama kehidupan sebagai seorang lawyer (walaupun gajinya B aja), lah kok gue malah jadi pewe? Hahaha.

Sampai beberapa waktu sebelumnya, gue malah mikir buat kuliah S2 lagi buat mensupport karir gue di dunia hukum. Master Hukum Indonesia.

Niatnya makin jelas. Kuliah Hukum lagi, lanjutin karir di law firm, ngumpulin duit yang banyak, get married in my 30s, terus yaudah yang lain biarin nyusul aja, walaupun di dalam hati selalu mikir "why the hell am I here? I'm not supposed to be here!"


Lalu sampailah pada Agustus 2017 kemaren, Kementerian Luar Negeri mengumumkan pembukaan pendaftaran Calon Diplomat. IT'S HAPPENING!

Gue se excited itu denger adanya pengumuman. Vera, temen sebelah gue di kantor tau segimana excited nya gue pas baca pengumuman di website.
Satu minggu, masih excited.
Dua minggu, kok jadi biasa aja.
Minggu selanjutnya, "Gue males ah daftar CPNS Kemenlu. Capek-capek aja, kayaknya juga nggak bakal dapet."


Iya. I was that close to give up. Even when the war haven't started yet.


Tapi Allah punya jalan lain buat gue.
Beberapa hari sebelum penutupan pendaftaran, gue nelfon Maria, temen gue di Trisakti yang juga punya cita-cita sama kayak gue. Dia udah duluan daftar online dan lengkapin dokumen buat administrasi, nanyain gue ikutan tes CPNS Kemenlu apa engga. Pas denger dia ikutan dan dokumen-dokumen persyaratannya gampang, malemnya gue langsung daftar online di website SSCN dan website e-CPNS Kemenlu

Satu apa dua hari sebelum penerimaan dokumen administrasi ditutup, gue baru ngirim seluruh dokumen kelengkapan. Harapannya, semoga keterima. Walaupun masih tetep stick on a thought that I'm not going to pass the test. Iseng judulnya.

Ternyata, Allah bilang lain.
Tes pertama, gue yang nggak yakin banget lolos, ternyata lolos dan nilainya lumayan oke. Alhamdulillah.

Tes selanjutnya, gue jalanin semaksimal mungkin. Belajar, baca-baca, beli buku, nonton youtube yang berkaitan dengan isu-isu internasional, pokoknya semua yang related to international relation and Indonesian foreign affair gue sikat abis-abisan. I'm trying to get back to who I was, when being a diplomat is all I ever wanted. 

Setelah tes yang banyak banget (yang insya Allah akan gue jelaskan di postingan lain), dan dengan usaha dan doa, terus ditutup dengan iktiar yang banyak sama Allah, Alhamdulillah, Allah kasih Qadha Nya buat diberlakukan ke gue.


29 November 2017, hampir tiga bulan sejak proses awal penerimaan CPNS Kemenlu gue ikutin, berita baik dateng. Gue lulus sebagai satu dari 58 orang Calon Diplomat di Kementerian Luar Negeri RI.

Pengumuman Akhir CPNS Kemenlu

Temen-temen banyak yang bilang, kalau ini adalah kado ulang tahun terbaik buat gue (gue ultah ke-24 tanggal 2 Desember). Tapi, gue beranggapan kalau ini adalah berkah dari Allah yang sangat sangat besar buat gue.

Allah sayang banget sama gue..


--------------------------------


Sebelum akhirnya gue mulai pendidikan diplomat dan berkantor di Kementerian Luar Negeri, entah itu di Perwakilan Indonesia di luar negeri atau di unit-unit kementerian, gue sempetin dulu balik ke Pekanbaru selama beberapa hari.

Gue akan selalu keinget sama kata-kata dan pesen nyokap pas nganterin gue ke airport "Istiqomah ibadah ye nak. Kau istimewa karena ibadah kau, bukan yang lain. Orang lain banyak yg lebih hebat!"




Jakarta, 7 Desember 2017
No matter how hard you try, or how beauty it was at the beginning, life isn't life when it has no ups and downs.

And its only you who know if its up or down.

When its come and go..




Jkt, 20/04/2017
15.19
So what I've been waiting since the past year is finally here!

I'm one of the cast of Teater Abnon's next project!!



More details about the project will be posted soon as possible!

Intinya, GUE SE EXCITED ITU!!! :D

Cast of #TeaterAbnon2017
Akhirnya postingan lanjutan dari yang sebelomnya ada juga.. hahaha.

Dulu pernah bikin postingan dengan judul yang sama tapi part yang berbeda di sini. Setelah hampir satu tahun, barulah lanjutannya saat ini gue bikin. Well, its been another unexpected year to be lived tho.

Terus kenapa kemudian gue memutuskan buat akhirnya lanjutin apa yang pernah gue post dulu? There's no exact reason. Cuman saat ini gue sedang tiba-tiba kepikiran sama kata-kata terakhir di postingan terdahulu. Sebuah doa yang gue coba minta sama Yang Maha Memberi. Sesuatu yang selalu gue pikir sebagai hal yang paling serem : Perasaan.


Sebelumnya, gue pernah menyebutkan Allah, sebagai Zat Yang Maha Membolak Balikkan Hati.

Iya. Allah Yang Maha Membolak Balikkan Hati.


Pernah kan elu sampai kepada keadaan dimana elu sangat-sangat passionate dengan suatu hal, terus kemudian tiba-tiba hal tersebut tidak lagi menarik buat elu?

Kayak contoh, gue jaman bocah suka banget nonton kartun, tapi kemudian sekarang I never give a damn about any kind of cartoon at all.
Atau ketika elu dulunya suka banget main layangan, tp sekarang lebih suka main gadget?


Okelah, people changes as they grew, as well as their habit. But what's strange is, you can lose it all, your feelings to something, or even to someone, overnight.
Strange.
But that's how feelings works sometimes.

Satu malam yang menurut lu paling indah dan nggak bisa dilupakan, besok paginya elu bisa ngerasa what you did is just a waste of time. Atau ketika suatu saat elu merasakan saaaaaangat bahagia ketika seseorang yang elu sayang ada disebelah elu, kemana-mana happy dan ketawa, you say I love you to each other, tapi ketika dia turun dari mobil and say good bye, everything's just gone.
Strange? Yes.
And thats happen.
Sometimes.




Itulah kenapa gue selalu bilang, kalau hati dan perasaan yang bisa dengan mudahnya di bolak-balikkan itu adalah sesautu yang paling serem. Elu nggak bisa menduga-duga hal begituan dateng, entah kepada elu, atau kepada orang lain. Bisa aja hati dan perasaan elu yang dibikin belok, atau bisa aja perasaan orang lain kepada elu yang diburemin.

Gue sih nggak bilang ada yang lebih baik, tapi kalau gue diperbolehkan selfish, I'd rather have my heart and feeling to be turned around. Gue lebih baik kalau hati dan perasaan gue yang di bolak-balikkan oleh Tuhan.
Kenapa? Ya jelas, selfish reason. I don't wanna lost someone I love just because that person doesn't love me anymore.

Or simply because, I'd rather be the one who leave?


Dan kalau ngomongin masalah meninggalkan dan ditinggalkan. Iya. Jawaban gue tetap sama. Gue lebih baik menjadi yang meninggalkan. Daripada gue harus suffer from memories about someone who left you. Memories of how everything's so beautiful but changes in just a second. And you can't control whats gonna happen.

Berbeda ceritanya ketika elu yang punya kontrol : ketika elu yang meninggalkan.




Satu hal lagi yang menurut gue serem adalah, wondering.
Menduga-duga.
Bertanya-tanya.

Ada suatu masa ketika elu mulai bertanya-tanya tentang sesuatu. Yang kalau menurut perasaan elu belum pasti dan belum jelas. Tapi belum tentu hal itu menurut orang lain sama.
Dan pada saat ini gue sedang merasakan hal tersebut. Menduga-duga dan bertanya-tanya.

Saat ketika gue mulai menduga-duga tentang perasaan orang lain kepada gue.
Bertanya-tanya untuk ingin tau apa yang ada di dalam hati orang lain tersebut kepada gue.
Wondering if that person really loves me or not.




--------


Well, those phrase above is just the result of overthinking. 
And its not healthy to have a thought that is over too much.
You can't let yourself thinking beyond reality and cut thru your imagination.
Or letting you imaginations playing with your bad thoughts.

That is why you should always have positive thought on you.
So nothing can turn your heart and feelings wild.

Enjoy everything while you can, while it still with you.
Don't let overthinking kills your happiness.
Enjoy every moment, while you're still together.
Feel love while you still can feel what love is.


And live your life a good life.




Jkt, 26/01/2016
10.14

See?
This too finally passed.

Now you're happy.
And ready to get lucky.

Go. Go.
Get lost and go on your life!

Jkt, FX Sudirman, 26 Dec 2016
20.28

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Followers

Facebook