To be frank, working in a law firm is never easy for me. Graduated as a Bachelor of Law in Public International Law, I barely know about Indonesian Law, especially corporation law. But when I passed my advocate bar exam, working in a law firm is definitely the deal.


I remember my first assignment in Manullang & Putranto Law Firm was a research about how government regulations regarding skyscraper permit can affect real estate business. THAT WAS A BIG DEAL FOR ME WHEN I ANSWERED SYARAT SAH PERJANJIAN ON 1320 KUHPerdata WRONG. And when the first one wasn’t finished yet, I was pushed to draft an agreement.. With no guidance at all.


Struggling with law firm and all of its complicated life, dealing with clients and to catch up with all of the new regulations, I learned a lot. 


Yes. Working in a law firm is not easy, and never will be. But in the end, after almost one and a half year, I survived. I even got offered from one of a top tier law firm in Jakarta. Ask me anything about any legal problem, (with hourly rate, no jk) I’d give you my professional advice. That’s how far I am for becoming a lawyer. 


___________


So here I am now. Starting my work in Indonesian Ministry of Foreign Affairs as a Diplomat Candidate soon. One thing I always wanted since I was little. A dream. Come true.


Now I believe that life is a journey. Its not all about the destination but how you can learn the process and enjoy the journey..


My journey will continue, and the battle is still on! Bismillah



Jakarta, 29 Desember 2017

Iya.

Pertanyaan yang terdengar kayak imaginasi.
Tapi serius, lu bakal ngapain kalau suatu hari, keinginan lu dikabulkan oleh Allah?

---------------

Dulu, gue selalu berpikir buat jadi Diplomat itu sesuatu yang bener-bener diluar jangkauan gue. Apalah gue, kuliah nya di private university dengan IPK yang nggak gede-gede banget. Atau kemampuan bahasa inggris gue yang nggak sejago lulusan luar negeri.

Tapi.
Jadi diplomat adalah cita-cita nomer satu gue sejak gue masih bocah dulu. Gue selalu bilang, kalau jadi diplomat itu adalah cita-cita gue yg HQQ. Hahaha.

Alih-alih kuliah di jurusan Hubungan Internasional, gue yang memang dari dulu banget juga udah kepengen kuliah Hukum, akhirnya belajar Hukum Internasional di Trisakti. Lulus 4,5 (empat setengah) tahun kemudian, IPK sedikit diatas rata-rata, dengan cita-cita yang udah berubah: bukan lagi jadi diplomat, soalnya masuknya pasti susah banget, musti tes CPNS, saingan ribuan orang dan belom tentu memenuhi kualifikasi Kemenlu... Yaudah deh, ikhlasih aja.

Sempet kepengen jadi Pilot dan kursus bahasa Jerman mati-matian supaya bisa jadi Au Pair  di Jerman, tapi kayaknya Allah belom ngasih jalan yang sesuai dengan rencana gue saat itu. Dengan cita-cita yang masih ngablu dan belom jelas, gue mikir, I need to start working my ass to live my life. Nggak bisa bengong-bengong aja, apalagi banyak rencana-rencana gue yang nggak jalan karna Qadha Allah belum bilang iya. Jadilah akhirnya gue terjebak dengan dunia law firm, ikutan Pendidikan Advokat, lulus ujian advokat, terus jadi legal practitioner di salah satu law firm di Jakarta sambil nungguin sumpah sebagai advokat.

Setelah hampir satu tahun lamanya gue ujel-ujelan sama kehidupan sebagai seorang lawyer (walaupun gajinya B aja), lah kok gue malah jadi pewe? Hahaha.

Sampai beberapa waktu sebelumnya, gue malah mikir buat kuliah S2 lagi buat mensupport karir gue di dunia hukum. Master Hukum Indonesia.

Niatnya makin jelas. Kuliah Hukum lagi, lanjutin karir di law firm, ngumpulin duit yang banyak, get married in my 30s, terus yaudah yang lain biarin nyusul aja, walaupun di dalam hati selalu mikir "why the hell am I here? I'm not supposed to be here!"


Lalu sampailah pada Agustus 2017 kemaren, Kementerian Luar Negeri mengumumkan pembukaan pendaftaran Calon Diplomat. IT'S HAPPENING!

Gue se excited itu denger adanya pengumuman. Vera, temen sebelah gue di kantor tau segimana excited nya gue pas baca pengumuman di website.
Satu minggu, masih excited.
Dua minggu, kok jadi biasa aja.
Minggu selanjutnya, "Gue males ah daftar CPNS Kemenlu. Capek-capek aja, kayaknya juga nggak bakal dapet."


Iya. I was that close to give up. Even when the war haven't started yet.


Tapi Allah punya jalan lain buat gue.
Beberapa hari sebelum penutupan pendaftaran, gue nelfon Maria, temen gue di Trisakti yang juga punya cita-cita sama kayak gue. Dia udah duluan daftar online dan lengkapin dokumen buat administrasi, nanyain gue ikutan tes CPNS Kemenlu apa engga. Pas denger dia ikutan dan dokumen-dokumen persyaratannya gampang, malemnya gue langsung daftar online di website SSCN dan website e-CPNS Kemenlu

Satu apa dua hari sebelum penerimaan dokumen administrasi ditutup, gue baru ngirim seluruh dokumen kelengkapan. Harapannya, semoga keterima. Walaupun masih tetep stick on a thought that I'm not going to pass the test. Iseng judulnya.

Ternyata, Allah bilang lain.
Tes pertama, gue yang nggak yakin banget lolos, ternyata lolos dan nilainya lumayan oke. Alhamdulillah.

Tes selanjutnya, gue jalanin semaksimal mungkin. Belajar, baca-baca, beli buku, nonton youtube yang berkaitan dengan isu-isu internasional, pokoknya semua yang related to international relation and Indonesian foreign affair gue sikat abis-abisan. I'm trying to get back to who I was, when being a diplomat is all I ever wanted. 

Setelah tes yang banyak banget (yang insya Allah akan gue jelaskan di postingan lain), dan dengan usaha dan doa, terus ditutup dengan iktiar yang banyak sama Allah, Alhamdulillah, Allah kasih Qadha Nya buat diberlakukan ke gue.


29 November 2017, hampir tiga bulan sejak proses awal penerimaan CPNS Kemenlu gue ikutin, berita baik dateng. Gue lulus sebagai satu dari 58 orang Calon Diplomat di Kementerian Luar Negeri RI.

Pengumuman Akhir CPNS Kemenlu

Temen-temen banyak yang bilang, kalau ini adalah kado ulang tahun terbaik buat gue (gue ultah ke-24 tanggal 2 Desember). Tapi, gue beranggapan kalau ini adalah berkah dari Allah yang sangat sangat besar buat gue.

Allah sayang banget sama gue..


--------------------------------


Sebelum akhirnya gue mulai pendidikan diplomat dan berkantor di Kementerian Luar Negeri, entah itu di Perwakilan Indonesia di luar negeri atau di unit-unit kementerian, gue sempetin dulu balik ke Pekanbaru selama beberapa hari.

Gue akan selalu keinget sama kata-kata dan pesen nyokap pas nganterin gue ke airport "Istiqomah ibadah ye nak. Kau istimewa karena ibadah kau, bukan yang lain. Orang lain banyak yg lebih hebat!"




Jakarta, 7 Desember 2017
Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

Followers

Facebook